Aku
adalah tipe orang yang tidak mudah bersyukur kepada Tuhan. Bahkan setelah
banyak hal yang sudah ku dapat seperti mempunyai istri, anak, rumah, motor,
terlebih mnjadi PNS. Namun jika dibandingkan dengan keadaan keluargaku, keadaan
hidup tetanggaku lebih mapan dan terjamin sekalipun bukan PNS. Maka dari
itulah, aku mencoba menemui paranormal desa yaitu Mbah Jenggot.
“Apa Anda tidak tahu, jika Pak Agus dan Pak Boris
tetangga Anda yang menjadi kaya itu menggunakan Embah Sawangan untuk menjadi kaya?”
Aku
hanya dapat menggelengkan kepala mendengar itu semua. Kemudian aku bertanya “Lalu,
jika aku juga ingin meminta dari Embah
Sawangan, apa syaratnya?” Mbah Jenggot menjelaskan bahwa aku harus berpuasa
7 hari dahulu. Selesai puasa, ketika malam Jumat Kliwon aku harus pergi ke
muara Sungai Punggur dan Sungai Sungai Menggal, duduk di atas batu besar yang
hitam pekat. Kemudian, kuberikan Rp 20 ribu pada Mbah Jenggot dan memulai
puasaku mulai dari Malam Jumat Pon sampai Malam Jumat Kliwon.
Sesuai
dengan syarat yang diberikan oleh Mbah Jenggot, malam itu pukul 10 aku keluar
dari rumah menuju batu besar yang dulu ditunjukkan. Aku benar-benar ingin kaya,
sehingga dingin malam itu tidak kuhiraukan, takutku tidak ku pedulikan, bahkan
sejak puasa au sama sekali tidak menyebut kata yang berhubungan dengan Allah.
Pukul 11 aku sudah
duduk di atas batu itu. Berbagai permintaan sudah aku persiapkan untuk
disampaikan kepada Embah Sawangan
pukul 12 nanti. Walau hanya satu jam, tapi rasanya sungguh lama. Dinginnya
malam kurasa mulai menembus tubuhku dan menusuk tulang-tulangku sekalipun jaket
tebal sudah membalut tubuh. Dan kini, aku merasa ingin buang air kecil. Padahal
menurut Mbah Jenggot, aku harus menahannya sampai selesai bertemu. Namun lama
ku tahan semakin ku tah tahan. Pukul 11.45 ku putuskan untuk buang air sebentar
tiga meter dari situ tepatnya di batu putih tengah dari aliran sungai.
“Hee..hee..hee..heee..siapa
yang berani mengencingi kepalaku…ku doakan akan hidup susah…hee..hee..hee..heee.”
Suara itu jelas ku dengar seperti suara kuntilanak yang sering ku dengar di televisi.
Hal itu membuatku takut dan segera menyebut nama Allah berulang kali. Seketika itu,
suara kuntilanak yang ternyata Embah
Sawangan itu menghilang dan aku sadar apa yang telah aku lakukan adalah
salah. Aku tidak mengandalkan Allah. Ingin sekali setelah pulang, kemudian berubah
dan bertobat. Toh selama ini aku masih banyak hal baik yang dapat aku lakukan. Astagfirullah, ampuni hambamu ini ya Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar