Bertemu Arwah Mbah Tomo Sugih

       Siang itu udara sangat panas, maklum sekarang sedang musim panas. Sudah berbulan-bulan lamanya tidak turun hujan. Apalagi ditambah asap kendaraan di sekitarku membuatku seakan-akan sesak nafas. Dan hari ini, setelah hampir seharian nyopir angkot, baru 5 ribu yang ku kantongi. Padahal aku masih butuh uang bensin, masih setor ke bos, belum lagi untuk kebutuhan hari raya yang harus membeli baju baru untuk anak-anak, beli makanan dan minuman, dan masih banyak lagi. Tapi ya memang harus sabar, jadi sopir angkot itu ibarat "menunggu tetesan embun." Beruntunglah istriku masih mau dan bisa merawat anak-anak sambil menjaga warung kecil. Ia adalah istri yang baik dan mau menerima apa adanya.

       Sore itu, aku pulang dari kerja. Karena kendaraanku rusak dan harus diperbaiki, maka aku bersepeda pulang ke rumah. Di rumah aku dikejutkan oleh istriku yang sudah membelikan baju baru bagi kelima anakku dan aku tentunya. Ditambah lagi, ternyata istriku sudah membeli kebutuhan untuk hari raya.

       Cari uang memang sulit, apalagi sesudah harga BBM naik beberapa waktu yang lalu. baru saja aku beristirahat dari kerjaku, ada seorang pria datang mengetuk pintu jendela kendaraanku. Segera aku bangun dan bertanya "Ada yang dapat ku bantu, Pak? Mau pergi ke mana? Mari saya antarkan." Pria itu menjawab "Anu Mas, tolong aku diantarkan ke Jogja. Penting ini. Jika boleh coltmu aku cater sekalian. Terserah bayarannya berapapun akan ku bayar."
       Aku sedikit kaget mendengar kalimatnya yang terakhir. Maka segera ku antarkan pria tadi ke Jogja. Sekalipun coltku ini sudah berumur, tapi untuk pergi jarak jauh masih kuat apalagi setelah dipebaiki. Aku bertanya kepada pria tadi, mau apa pergi ke Jogja. Dengan terbuka pria tadi bercerita panjang lebar di sepanjang perjalanan. Ternyata ia ingin mencari pesugihan karena terlilit masalah yang begitu berat. Teman-temannnya sudah berhasil membawa hasil dari pesugihan tersebut, hal itulah yang membuatnya terdorong untuk mencari pesugihan yang ternyata bertempat di Laut Selatan, Pantai Parangtritis. Di pantai tersebut ada sebuah gua yang dijaga oleh juru kunci di sana.

       Menurut pria itu, syarat yang harus dilakukan untuk mendapat pesugihan sangat mudah. Setelah masuk gua itu sendirian, baik pria ataupun wanita harus terlebih dulu memuaskan nafsu dari sang penunggu gua itu. Sesudah itu, sang penunggu gua itu akan memberikan uang dalam karung yang besar entah satu atau lebih. Sampai di Parangtritis sudah malam dan kami bertemu beberapa orang yang ternyata juga mau mencari pesugihan. Daripada sendirian dalam colt, maka ku putuskan untuk ikut dalam rombongan itu. Namun baru beberapa saat kami berjalan ke gua, mendadak terdengar suara yang mengingatkan.

       "Kamu Suta, Soma, Jaya, dan Crita...jangan kamu teruskan langkahmu ke gua itu. Sekali lagi urungkanlah niatmu itu. Lihatlah aku! Aku sudah terlanjur masuk dalam lingkaran setan tersebut karena masuk gua itu. Sekarang aku justru harus menyangga tiang yang sungguuh sangaaat berat. Beratnya seperti memikul batu 10 karung. Urungkan saja niatmu itu. Jangan sekali-kali kamu berani melangkah ke tempat menyedihkan itu." Setelah ku lihat sekeliling dan mencari sumber suara itu, tidak lain ternyata adalah Mbah Tomo Sugih yang sudah meninggal setahun lalu. Dia terkenal kaya yang ternyata hasil dari mencari pesugihan.

       Aku dan pria tadi kemudian berhenti dan mengurungkan niatnya untuk mencari pesugihan, sedangakan teman-temannya yang lain melanjutkan langkahnya ke gua itu. "Sudahlah, Mas. Kita pulang saja. Barangkali cerita Mbah Tomo tadi benar. Ketika di dunia merasakan nikmatnya, ternyata di alam lain merasakan siksa yang berat." Kata pria itu sambil menarik tanganku.